Pasar Terapung
Disebelah barat Kota Banjarmasin, ada sebuah sungai besar yang menjadi urat nadi Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Selatan, yaitu Sungai Barito. Di Sungai Kuin yang bermuara ke Sungai Barito,
terdapat pasar yang aktivitasnya di sungai, yang terkenal dengan sebutan “pasar terapung”. Disini baik
pembeli maupun penjual sama-sama menggunakan jukung (sampan tak bermesin) atau klotok.
Sebagaimana pasar pada umumnya, disana pasti ada orang yang berjualan makanan. Bedanya, karena
warungnya di sungai, maka warung tersebut adalah klotok yang disulap menjadi warung terapung.
Di sekitar pasar terapung Muara Sungai Kuin, ada dua buah warung terapung. Posisi kedua warung
tersebut berdekatan, dan terletak di sebelah barat dermaga kuin. Warung terapung itu adanya cuma pagi
hari, mengikuti jadwal pasar terapung. Jadi, bagi yang suka bangun siang, pasti tak akan kebagian.
Orang Banjar menyindirnya dengan pepatah ; “Amun melandau dipatuk ayam” (jika bangun kesiangan,
rezekinya dipatuk ayam). Meskipun berbentuk klotok, warung terapung tak ubahnya seperti warung yang
lain. Ada meja makan, dapur, rak-rak piring dan tempat cuci tangan. Namun karena atapnya rendah dan
tak ada kursi, maka semua harus duduk bersila. Jika kita ingin makan di warung itu, kita harus
menghampiri warung itu dengan klotok atau jukung, dan menambatkannya pada warung itu agar tak
hanyut selagi kita enak-enak makan. Pada sebuah warung terapung, bila ramai pengunjungnya bisa
bertambat lebih dari empat buah klotok.
Tengah dan Kalimantan Selatan, yaitu Sungai Barito. Di Sungai Kuin yang bermuara ke Sungai Barito,
terdapat pasar yang aktivitasnya di sungai, yang terkenal dengan sebutan “pasar terapung”. Disini baik
pembeli maupun penjual sama-sama menggunakan jukung (sampan tak bermesin) atau klotok.
Sebagaimana pasar pada umumnya, disana pasti ada orang yang berjualan makanan. Bedanya, karena
warungnya di sungai, maka warung tersebut adalah klotok yang disulap menjadi warung terapung.
Di sekitar pasar terapung Muara Sungai Kuin, ada dua buah warung terapung. Posisi kedua warung
tersebut berdekatan, dan terletak di sebelah barat dermaga kuin. Warung terapung itu adanya cuma pagi
hari, mengikuti jadwal pasar terapung. Jadi, bagi yang suka bangun siang, pasti tak akan kebagian.
Orang Banjar menyindirnya dengan pepatah ; “Amun melandau dipatuk ayam” (jika bangun kesiangan,
rezekinya dipatuk ayam). Meskipun berbentuk klotok, warung terapung tak ubahnya seperti warung yang
lain. Ada meja makan, dapur, rak-rak piring dan tempat cuci tangan. Namun karena atapnya rendah dan
tak ada kursi, maka semua harus duduk bersila. Jika kita ingin makan di warung itu, kita harus
menghampiri warung itu dengan klotok atau jukung, dan menambatkannya pada warung itu agar tak
hanyut selagi kita enak-enak makan. Pada sebuah warung terapung, bila ramai pengunjungnya bisa
bertambat lebih dari empat buah klotok.
Hidangan di warung terapung itu tak ubahnya warung-warung didaerah banjar lainnya, yaitu Soto
Banjar, Sop, Nasi Kuning, Nasi Rawan (Rawon manis ala Banjar), Karih (kare) dan wadai-wadai (jajanan
khas banjar). Makanan favorit para pengunjung biasanya adalah Soto Banjar. Soto Banjar memiliki cita
rasa yang khas, dengan kaldu ayam yang amat terasa, biasa dihidangkan dengan ketupat/lontong.
Kuahnya gurih dan agak kental. Kekentalan kuah itu aslinya didapat dari tumbukan kentang rebus
dicampur dengan kuning telur. Tapi sekarang banyak penjual soto banjar yang menggantinya dengan
susu dan margarin. Rasa gurihnya kaldu ayam semakin terasa dengan daging ayam kampung dan telur
yang diiris tipis-tipis dan ditaburkan diatas soto. “Kalau lain ayam kampung, kada gurih, pang !,” Kata
penjualnya. Sebagai pelengkap ditambahkan perkedel kentang dan bawang putih goreng
Soto Banjar, dihidangkan bersama limau kuit (jeruk limau yang kulitnya berkerut-kerut) yang diiris
kecil, sambal dan kecap manis, yang juga selalu menyertai masakan khas banjar lainnya. Kehangatan
soto ini sangat pas jika dimakan pagi hari. Khusus untuk sambal, bagi yang belum mengenal lombok
perawit, bahan utama sambal, sebaiknya jangan mengobralnya dalam makanan.
Kepedasan lombok tersebut melebihi lombok/cabe lainnya.
Porsi Soto Banjar biasanya dibuat tanggung, artinya bila satu piring terasa kurang. Maka tak heran
bila para pengunjung menambah porsinya, atau mencicipi wadai yang sangat beraneka
ragam. Wadaibanjar cenderung manis dan legit, dengan bahan dasar kebanyakan tepung beras, santan
dan gula merah. Contohnya hamparan tatak pisang, yang mirip dengan jajanan nogosari di Jawa. Atau
bingka, yang berisi macam-macam bahan mulai dari kentang, waluh (labu), nyiur, telur. Bahkan sekarang
ada juga yang berisi keju, durian dan lain-lain tergantung pesanan.
Jika ingin lebih banyak lagi menikmati wadai, di sekitar warung tersebut banyak jukung yang khusus
berjualan wadai. Untuk mengambil wadai dari jukung wadai itu, disediakan galah yang diujungn dipasang
pengait. Sehingga pembeli dapat mengambil wadai di jukung wadai itu tanpa perlu merapat. Tapi awas,
hati-hati mempergunakan galah pengaitnya yang terbuat dari besi runcing. Salah-salah bisa kena orang
atau penjualnya.