WISATA SUNGAI KOTA BANJARMASIN
 

Suku Banjar Kuala

Picture
        


           Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke Banjarmasin (terbentuknya Kesultanan Banjarmasin),

sebagian warga Batang Banyu (dibawa) pindah ke pusat kekuasaan yang baru ini dan bersama-sama

dengan penduduk sekitar keraton yang sudah ada sebelumnya, membentuk subsuku Banjar. Di kawasan

ini mereka berjumpa dengan suku Dayak Ngaju, yang seperti halnya dengan dengan masyarakat Dayak

Bukit dan masyarakat Dayak Maanyan atau Lawangan, banyak di antara mereka yang akhirnya melebur

ke dalam masyarakat Banjar, setelah mereka memeluk agama Islam. Mereka yang bertempat tinggal di

sekitar ibukota kesultanan inilah sebenarnya yang dinamakan atau menamakan dirinya orang Banjar,

sedangkan masyarakat Pahuluan dan masyarakat Batang Banyu biasa menyebut dirinya sebagai orang

(asal dari) kota-kota kuno yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar Tanah Banjar, mereka itu

tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar. Berbeda dengan pendapat Alfani Daud, yang menyatakan

bahwa inti suku Banjar adalah para pendatang Melayu dari Sumatera dan sekitarnya, maka pendapat

Idwar Saleh justru lebih menekankan bahwa penduduk asli suku Dayak adalah inti suku Banjar yang

kemudian bercampur membentuk kesatuan politik sebagaimana Bangsa Indonesia dilengkapi

dengan bahasa Indonesia-nya. Demikian kita dapatkan keraton keempat adalah lanjutan dari kerajaan

Daha dalam bentuk kerajaan Banjar Islam dan berpadunya suku Ngaju, Maanyan dan Bukit sebagai inti.

Inilah penduduk Banjarmasih ketika tahun 1526 didirikan. Dalam amalgamasi (campuran) baru ini telah

bercampur unsur Melayu, Jawa, Ngaju, Maanyan, Bukit dan suku kecil lainnya diikat oleh agama Islam,

berbahasa Banjar dan adat istiadat Banjar oleh difusi kebudayaan yang ada dalam keraton. Di sini kita

dapatkan bukan suku Banjar, karena kesatuan etnik itu tidak ada, yang ada adalah grup

atau kelompok besar yaitu kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu dan Banjar Pahuluan.

Yang pertama tinggal di daerah Banjar Kuala sampai dengan daerah Martapura. Yang kedua tinggal di

sepanjang sungai Tabalong dari muaranya di sungai Barito sampai dengan Kelua. Yang ketiga tinggal di

kaki pegunungan Meratus dari Tanjung sampai Pelaihari. Kelompok Banjar Kuala berasal dari

kesatuan-etnik Ngaju, kelompok Banjar Batang Banyu berasal dari kesatuan-etnik Maanyan, kelompok

Banjar Pahuluan berasal dari kesatuan etnik Bukit. Ketiga ini adalah intinya. Mereka menganggap lebih

beradab dan menjadi kriteria dengan yang bukan Banjar, yaitu golongan Kaharingan, dengan ejekan

orang Dusun, orang Biaju, Bukit dan sebagainya. Ketika Pangeran Samudera mendirikan kerajaan

Banjar, ia dibantu oleh orang Ngaju, dibantu patih-patihnya seperti Patih Balandean, Patih Belitung, Patih

Kuwin dan sebagainya serta orang Bakumpai yang dikalahkan. Demikian pula penduduk Daha yang

dikalahkan sebagian besar orang Bukit dan Manyan. Kelompok ini diberi agama baru yaitu agama Islam,

kemudian mengangkat sumpah setia kepada raja, dan sebagai tanda setia memakai bahasa ibu baru dan

meninggalkan bahasa ibu lama. Jadi orang Banjar itu bukan kesatuan etnis tetapi kesatuan politik,

seperti bangsa Indonesia. 
 

Suku Banjar Batang Banyu

Picture
     

       Masyarakat (Banjar) Batang Banyu terbentuk diduga erat sekali berkaitan dengan terbentuknya

pusat kekuasaan yang meliputi seluruh wilayah Banjar, yang barangkali terbentuk mula pertama di

hulu sungai Negara atau cabangnya yaitu sungai Tabalong. Sebagai warga yang berdiam

di ibukota tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehingga menjadi kelompok penduduk yang

terpisah. Daerah tepi sungai Tabalong adalah merupakan tempat tinggal tradisional dari suku Dayak

Maanyan (dan Lawangan), sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk subsuku Batang Banyu,

di samping tentu saja orang-orang asal Pahuluan yang pindah ke sana dan para pendatang yang datang

dari luar. Bila di Pahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak di

antara penduduk Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai pedagang dan pengrajin.


 

Suku Banjar Pahuluan

Picture
Sangat mungkin sekali pemeluk Islam

sudah ada sebelumnya di sekitar keraton

yang dibangun diBanjarmasin, tetapi

pengislaman secara massal diduga

terjadi setelah raja Pangeran Samudera

yang kemudian dilantik menjadi Sultan

Suriansyah, memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitububuhan raja-raja. Perilaku raja ini diikuti elit

ibukota, masing-masing tentu menjumpai penduduk yang lebih asli, yaitu suku Dayak Bukit, yang dahulu

diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama. Dengan memperhatikan bahasa yang

dikembangkannya, suku Dayak Bukit adalah satu asal usul dengan cikal bakal suku Banjar, yaitu

sama-sama berasal dari Sumatera atau sekitarnya, tetapi mereka lebih dahulu menetap. Kedua kelompok

masyarakat Melayu ini memang hidup bertetangga, tetapi setidak-tidaknya pada masa permulaan, pada

asasnya tidak berbaur. Jadi, meskipun kelompok Suku Banjar (Pahuluan) membangun pemukiman di

suatu tempat, yang mungkin tidak terlalu jauh letaknya dari balai suku Dayak Bukit, namun masing-

masing merupakan kelompok yang berdiri sendiri. Untuk kepentingan keamanan, atau karena memang

ada ikatan kekerabatan, cikal bakal suku Banjar membentuk komplek pemukiman tersendiri. Komplek

pemukiman cikal bakal suku Banjar (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek

pemukiman bubuhan, yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa sebagai kepalanya,

dan warga kerabatnya, dan mungkin ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang bergabung

dengannya. Model yang sama atau hampir sama juga terdapat pada masyarakat balai di kalangan

masyarakat Dayak Bukit, yang pada asasnya masih berlaku sampai sekarang. Daerah lembah sungai-

sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus ini  nampaknya wilayah pemukiman pertama masyarakat

Banjar, dan di daerah inilah konsentrasi penduduk yang banyak sejak zaman kuno, dan daerah inilah

yang dinamakan Pahuluan. Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan terbentuknya masyarakat

(Banjar) Pahuluan, yang tentu saja dengan kemungkinan adanya unsur Dayak Bukit ikut

membentuknya.